Saturday, February 12, 2011

Puasa,Wahana Membangun Karakter Bangsa

Hakekat Puasa bukan sekedar menahan lapar dan haus, tapi adalah menahan diri dan mengendalikan hawa nafsu , sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah SAW. Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata, "Rasulullah saw. bersabda, 'Puasa itu bukan hanya menahan diri dari makan dan minum saja. Tetapi puasa itu adalah menahan diri dari kata-kata yang tidak bermanfaat dan kata-kata kasar. Oleh karena itu, bila ada yang mencacimu atau menjahilimu, maka katakanlah kepadanya, 'Sesungguhnya aku sedang berpuasa! Sesungguhnya aku sedang berpuasa'," (HR.Muslim)

Orang yang dikendalikan oleh hawa nafsunya akan berbuat sesukanya tanpa mempertimbangkan baik buruknya. Orang tersebut akan menghalalkan segala cara untuk mewujudkan keinginannya, dan akan terdorong kejalan kebatilan yang menyesatkan. Orang yang tak mampu mengendalikan hawa nafsunya akan menjadi manusia yang kehilangan akal sehat, budi pekerti dan akhlak yang baik. Manusia yang kehilangan karakter.
Upaya mengendalikan hawa nafsu bukanlah hal yang mudah. Pada saat rasulullah beserta para sahabat kembali dari satu peperangan yang dahsyat melawan kaum musyrikin, Rasulullah SAW bersabda: “Kita baru kembali dari satu peperangan yang kecil untuk memasuki peperangan yang lebih besar. Sahabat terkejut dan bertanya, "Peperangan apakah itu wahai Rasulullah ? " Baginda berkata, "Peperangan melawan hawa nafsu." (Riwayat Al Baihaqi).

Namun demikian, jika kita bersungguh –sungguh dalam perjuangan mengendalikan hawa nafsu maka Allah SWT akan memberikan petunjuk. Firman Allah SWT ::“Mereka yang berjuang untuk melawan hawa nafsu karena hendak menempuh jalan Kami, sesungguhnya Kami akan tunjuki jalan Kami. Sesungguhnya Allah itu beserta dengan orang yang buat baik.” ((Surah Al-Ankabut : 69)

Latihan pengendalian hawa nafsu secara optimal adalah berpuasa. Puasa bukan hanya menahan diri dari yang haram, saat berpuasa bahkan kita diharuskan untuk mengendalikan diri dari yang halal. Jika seseorang yang berpuasa tidak mampu menahan hawa nafsunya, puasanya tidak akan memberi manfaat apa-apa. Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata, "Rasulullah saw. bersabda, 'Beberapa banyak orang yang berpuasa hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja dari puasanya'," (HR Ibnu Majah)

Kemampuan untuk menahan diri, mengendalikan hawa nafsu adalah modal besar dalam kehidupan. Pengendalian diri seperti rem kehidupan, kemampuan untuk menarik diri dari derasnya arus keinginan duniawi yang berlebihan, yang menjerumuskan kita kedalam jurang kehancuran. Kemampuan mengendalikan hawa nafsu akan berbuah budi pekerti yang luhur, moral yang baik, Akhlak yang baik. Kemampuan mengendalikan hawa nafsu akan melahirkan manusia-manusia yang berkarakter unggul.

Karakter Bangsa
Bangsa adalah kumpulan dari tata nilai. Karakter dan mentalitas rakyat adalah pondasi yang kuat dari tata nilai tersebut. Bangsa yang memiliki peradaban yang tinggi adalah bangsa yang memiliki karakter unggul. Keruntuhan sebuah bangsa ditandai dengan runtuhnya karakter dan mentalitas masyarakatnya.

Bangsa yang memiliki karakter unggul adalah bangsa yang merupakan masyarakat yang baik (good society). Hal tersebut tercermin dari moral dan budi pekerti yang baik, semangat dan tekad yang kuat, optimis, rasa persaudaraan, persatuan dan kebersamaan yang tinggi. Masyarakat idaman seperti ini dapat kita wujudkan manakala individu –individunya adalah manusia yang berakhlak dan berwatak baik, manusia yang bermoral berperilaku baik pula.

Berbagai masalah yang dialami bangsa Indonesia hari ini, adalah cerminan keterpurukan mentalitas dan karakter bangsa. Ada berbagai kasus yang mengingkari akal sehat dan hati nurani kita. Bagaimana korupsi yang merajalela (baca : membudaya) dan tak mampu ditangani pemerintah. Hukum yang selalu berpihak pada orang kaya dan menafikan rakyat kecil. Negara yang tak sanggup memberi pelayanan pendidikan dan kesehatan yang layak pada warganya, kemiskinan yang mengiris rasa kemanusiaan. Semua itu adalah akibat dari karakter bangsa yang terpuruk.

Demikian juga dengan berbagai kerentanan social, kriminalitas, kecurangan, money politic dan konflik pemilukada,, tawuran antar warga, semua itu menjadi bukti bahwa bangsa ini kehilangan karakter. Bangsa yang kehilangan akal sehat, budi pekerti dan akhlak yang baik. Bangsa yang rakyat dan pemimpinnya hanya memikirkan dirinya sendiri. Rakyat dan pemimpin yang tak mampu menahan diri dan mengendalikan hawa nafsunya.

Dalam al-Qur’an surah As-shaad ayat 26, Allah swt telah memperingatkan, “Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan”.

Puasa sebagai pendidikan karakter

Puasa adalah pendidikan karakter bagi ummat islam. Berpuasa selama bulan ramadhan akan mengembalikan manusia kepada fitrahnya, seperti manusia yang baru lahir. Manusia yang cenderung kepada kebenaran, Manusia dengan rasa kemanusiaan yang tinggi serta berbudi pekerti yang luhur. Manusia yang mampu mengendalikan hawa nafsunya. Orang yang melaksanakan puasa, memahami dan menghayati maknanya akan melahirkan manusia berakhlak tinggi, Manusia yang berkarakter unggul. Orang tersebut akan meraih keberuntungan, kesuksesan dunia dan akhirat.

Ibadah puasa sebagai sebuah pendidikan karakter adalah upaya pembangunan yang bertata nilai. Pembangunan yang berorientasi pada manusia sebagai subyek pembangunan (human oriented development). Pembangunan yang akan melahirkan manusia yang berkarakter unggul . Manusia – manusia yang akan membentuk masyarakat yang baik (good society).

Ibadah puasa dan ibadah ramadhan lainnya adalah laboratorium pendidikan karakter ummat islam yang relevan bagi bangsa Indonesia yang mayoritas muslim. Jika hakikat dan makna puasa bisa diwujudkan pada mayoritas ummat, tentu menjadi sumbangan yang besar bagi perbaikan karakter bangsa Indonesia.

Ibadah puasa sebagai wahana perbaikan karakter bangsa berarti merintis jalan untuk tercapainya suatu tata pemerintahan yang baik, atau good governance. Perbaikan karakter bangsa berarti mengatasi berbagai persoalan bangsa secara substansial. Upaya mengurai benang kusut dan meretas jalan bagi kemakmuran dan kemajuan bangsa. Upaya membangun peradaban yang tinggi.

Sungguh amat banyak manfaat, hikmah dan pelajaran yang bisa kita petik dari ibadah puasa. Pantas kiranya bila suatu ketika Nabi Muhammad SAW pernah menyatakan seandainya umat manusia tahu dan rasakan apa saja keistimewaan Ramadhan, mereka akan memohon kepada Allah agar seluruh bulan menjadi Ramadhan.
Semoga ibadah puasa yang kita lakukan akan memberi manfaat secara personal dan maupun terhadap kehidupan sosial. Terutama dalam membentuk pribadi yang berkarakter unggul, masyarakat yang baik, pemerintahan yang baik untuk peradaban Indonesia yang tinggi. Amin,
Wallahu A’lam

Pernah di muat di tribun timur, agustus 2010