Wednesday, July 29, 2009

Filasafat yang terlupakan

Oleh : Syahid Arsjad

Filsafat adalah ibu ilmu pengetahuan yang kini terlupakan. ketika filsafat hadir sebagai buah rasa ingin tahu manusia dan mengantarkan manusia pada kecintaannya pada kebenaran, pada saat itulah manusia belajar pada alam yang melingkupinya. Perkembangan pengetahuan dan kebutuhan manusia membawa filsafat melahirkan ilmu pengetahuan..

Ilmu pengetahuan sebagai hasil interaksi rasionalitas manusia dengan alam semesta, wujud rasa ingin tahu manusia terhadap alam semesta. pengetahuan yang lahir dalam interaksi ini menjadikan manusia lebih dekat dengan alam sekitarnya, ilmu pengetahuan menjadikan manusia lebih menghormati, menghargai kontribusi alam yang begitu besar terhadap manusia. ilmu pengetahuan yang lahir dari rasa ingin tahu manusia akan alam semesta pada mulanya mengantarkan manusia lebih menyatu dengan alam.

pada perkembangannya, pendewaan rasionalitas manusia mengantarkan manusia merasa lebih dari alam, alam tak lebih sebagai objek kajian dan tujuannnya adalah menyediakan kebutuhan manusia. pandangan antroposentris telah menjadikan alam semesta sebagai sub.ordinat. mengutip kata capra dalam bukunya titik balik peradaban " alam semesta yang sebelumnya sebagai ibu tempat menyusu yang sangat dihormati menjadi wanita pelacur yang diexploitasi".

Ilmu pengetahuan yang awalnya adalah buah rasa ingin tahu manusia (filsafat) yang mendekatkan manusia dengan alam telah melahirkan teknologi yang berguna untuk memuaskan nafsu manusia. teknologi yang lahir dari ilmu pengetahuan tak mengenal lagi neneknya, sang filsafat. seorang ilmuwan atau teknokrat(teknolog) akan bingung berbicara dengan sang filosof. sang filosof dianggapnya tidak up date lagi, tidak dibutuhkan di masa kini... sang teknolog dan ilmuwantak tahu lagi dari mana dia lahir dan untuk apa. Mereka dengan egois merasa paling bangga menghadirkan sesuatu yang "bermanfaat bagi manusia" dalam pandangannya, meski itu nyata- nyata mengantarkan manusia pada kehancuran....

Refleksi kebangkitan (keterpurukan) Bangsa

Oleh : Syahid Arsjad

101 tahun yang lalu, kesadaran akan pentingnya kebangsaan muncul dari tokoh- tokoh terdidik bangsa kita. Mereka dididik oleh Belanda tentu saja bukan untuk memiliki paham kebangsaan seperti itu. Mereka oleh Belanda hanya dipersiapkan sebagai pegawai. Kesadaran tersebut muncul sebagai efek dari intelektualitas yang mereka miliki.. Rasa ingin tahu yang dimiliki seorang terdidik akan terus berkembang sehingga Intelektualitas yang tumbuh secara benar akan membuatnya peka terhadap persoalan yang ada disekelilingnya. Pemiskinan dan penderitaan kaum pribumi pada saat itu adalah sebuah problem yang sangat mengganjal hati kaum terdidik dan mereka secara filosofis mencari akar masalah dan solusinya. Ditemukanlah Ide besar “ kebangsaan” sebagai modal dasar perlawanan terhadap Penjajahan sebagai sebuah jawaban atas kondisi Pemiskinan dan penderitaan masyarakat pribumi saat itu .

Perasaan senasib, perasaan sebagai bangsa yang sederajat dengan bangsa lain, memiliki harga diri, kepercayaan diri akan kemampuan menentukan nasib sendiri untuk keluar dari pemiskinan dan penderitaanu menjadi sebuah kesadaran baru. Semangat ini terus menggelora dan digelorakan oleh para founding father kita sebagai modal besar untuk bangkit melawan penjajah. Bahwa keadilan dan kemakmuran itu harus diperjuangkan, bukan pemberian bangsa lain. Dan kemerdekaan itu adalah “jembatan emas” menuju kemakmuran, karena hanya bangsa yang merdeka yang mampu menentukan sikapnya, langkah-langkahnya untuk menuju keadilan dan kemakmuran. Bukan dengan campur tangan bangsa lain.

Semangat kemandirian, harga diri, kepercayaan diri sebagai bangsa akan kemampuan menentukan nasib sendiri dibuktikan oleh para founding father dengan menolak kemerdekaan sebagai pemberian bangsa lain. Tetapi dengan usaha sendiri memproklamirkan kemerdekaan bangsa ini ditahun 1945. Semangat kemandirian, harga diri dan kepercayaan diri akan kemapuan sebagai bangsa untuk menentukan nasib dan memperjuangkan kemakmurannya juga mengejawantah dalam Konstitusi kita UUD 1945 , pemikiran dan kebijakan Soekarno-Hatta, sebagai presiden dan wakil presiden RI yang pertama. Pemikiran Dan Kebijakan Politik Sukarno yang anti neo-kolonialisme, Pemikiran dan kebijakan ekonomi Muh. Hatta yang menolak kapitalisme, dan mengusung ekonomi kerakyatan dan memproteksi sector-sektor produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak , jelas dilandasi semangat kemandirian, harga diri dan kepercayaan diri sebagai sebuah bangsa yang merdeka dan berdaulat.

Ketika Orde baru berkuasa yang menjadikan ekonomi sebagai panglima, Bangsa kita sepertinya kurang percaya diri akan kemampuannya untuk menentukan nasibnya sendiri. Jargon pembangunan membawa Negara kita dibangun dengan bantuan asing yang berlebihan. Modal yang diberikan oleh bangsa asing tentu saja bukan tanpa motif . Entah disadari atau tidak oleh pengambil kebijakan atau memang karena lunturnya semangat kemandirian sebagai sebuah bangsa sehingga Hutang negara ini terus menumpuk. Negara kita menjadi ketergantungan hutang seperti seorang yang ketagihan nakoba dan tanpa sadar kekayaan alam yang melimpah pun tergadai, Kebijakan Negara dintervensi oleh asing sehingga kita tidak lagi sepenuhnya bebas menentukan nasib kita sebagai sebuah bangsa yang berdaulat.Kemandirian, harga diri dan kepercayaan diri sebagai sebuah bangsa yang diperjuangkan puluhan tahun oleh founding fathers kita terpuruk. Bukankah hal ini sama – saja dengan terjajah?

Hutang luar negeri pun tidak di pergunakan secara bijak, Ekonomi Orde baru dibangun menjadi sebuah menara gading dan Akhirnya tumbang.Tumbangnya orde baru dan lahirnya era reformasi seharusnya menyadarkan bangsa ini akan pentingnya kemandirian, harga diri, dan kepercayaan diri sebagai sebuah bangsa yang berdaulat. Sebuah bangsa yang mampu menentukan nasibnya sendiri. Jika founding fathers kita telah menyerahkan kemerdekaan sebagai pertanda lepasnya intervensi bangsa asing kepada generasi kita. Dan hal tersebut di pahami, diyakini dan diperjuangkan serta dihadirkan sebagai sebuah jembatan emas menuju masyarakat adil dan makmur. mengapa hari ini kita ragu- ragu sebagai bangsa yang bisa menentukan nasib sendiri? Mengapa kita ragu – ragu menolak intervensi asing? Bukankah ini bentuk penghianatan terhadap perjuangan founding fathers kita?

Jatuhnya Orde baru dan keterpurukan bangsa adalah pelajaran sejarah yang sangat berharga bagi bangsa ini. 11 tahun reformasi pun telah berlalu, 11 tahun sudah kita mencoba untuk bangkit kembali sebagai sebuah bangsa yang mandiri, memiliki harga diri, memiliki kepercayaan diri sebagai sebuah bangsa yang berdaulat yang bisa menentukan nasibnya sendiri. Untuk itu kita harus punya keberanian mengatakan tidak pada intervensi asing, mengatakan tidak pada neoliberalisasi yang memiliki agenda terselubung . Atau bangsa ini akan terpuruk selamanya.

Amanah

Oleh : Syahid Arsjad

Kata amanah sudah sangat familiar ditelinga kita. Kata Amanah memiliki akar kata yang sama dengan Iman dan Aman yaitu Amina. Kata amanah, Iman dan Aman juga memiliki kedekatan makna. Amanah adalah sesuatu yang dipercayakan. Iman adalah kepercayaaan dan aman adalah sesuatu yang dipercaya tanpa gangguan atau kekhawatiran. Nabi Muhammad SAW sendiri bergelar Al - Amin yang artinya yang terpercaya.

Amanah akan sulit terlaksana tanpa iman dan amanah adalah bukti keimanan. Apabila seorang tidak dapat memegang amanah suatu pertanda dia bukan orang yang beriman, tepatnya orang munafiq. Karena itulah dalam salah satu hadits shahih Rasulullah SAW. Bersabda (yang artinya) :
"Tanda-tanda orang munafiq itu ada tiga : Bila berbicara bohong, bila berjanji mungkir, bila diberi amanah dia khianat (HR.Bukhari Muslim dari Ibnu Mas'ud).

Seseorang yang beriman jika di beri amanah akan memberi rasa aman baik pada dirinya sendiri maupun pada orang lain. Bila sebuah negeri di amanahkan kepada orang yang beriman maka insya Allah negeri tersebut pasti akan Aman dan sentosa. Dan sebaliknya jika negeri ini dititipkan pada pemimpin yang tidak beriman ( tidak amanah) alias khianat maka tunggulah kacau balaunya negeri tersebut.

Korupsi, kolusi dan nepostisme adalah pertanda tidak amanahnya seorang pemimpin . pemimpin yang demikian itu akan membawa rakyatnya dalam jurang kemiskinan, membuat negerinya terlilit hutang dan bangkrut. Hilangnya Rasa aman dari perasaan warganya, bahkan yang terlihat adalah ketertindasan kaum yang seharusnya dilindungi oleh Negara.

Oleh karena itu kita dilarang memberikan amanah kepada orang yang tidak tepat. Rasulullah SAW. Pernah mengingatkan: "Idza dhuyi'atil amanah fantazhirissa'ah" artinya : Bila disia-siakan amanah maka tunggulah kehancuran!. Lalu sahabat bertanya: "Wakaifa idha'atuha?" Rasulullah menjawab :"Idza wusidal amru ila khairi ahlihi fantazhirissa'ah!". Bila diserahkan suatu urusan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancuran!

Saat ini kita sedang dalam proses memilih pemimpin bangsa. Marilah kita menggunakan kesempatan ini dengan baik untuk menitipkan amanah yang berat ini kepada orang yang tepat menurut kita. Orang yang menurut kita amanah, orang yang menurut kita memiliki kemampuan untuk menyelesaikan persoalan bangsa. Janganlah kita memilih pemimpin dengan alasan yang Tidak dapat dipertanggungjawabkan misal karena sesuku, tampilan fisik dan lain-lain yang tidak berkorelasi dengan kemampuan dan integritas calon pemimpin.

Tanggung jawab memilih pemimpin bangsa yang tepat untuk 5 tahun kedepan adalah amanah kita sebagai warga Negara dan juga harus dipertanggung jawabkan. kesalahan kita memilih pemimpin akan berdampak besar bagi negeri ini kedepan.Semoga dapat terpilih pemimpin yang amanah, yang dapat memberi rasa aman dan keadilan bagi rakyatnya.

Mattola palallo

Entah kenapa malam ini saya memilih duduk didepan kamar, memandang langit Dago yang gelap dengan sedikit bintang . . Duduk menatap langit yang tanpa batas membawaku menelusuri jejak-jejak yang telah kulalui, satu persatu orang –orang yang pernah bersua dalam hidup muncul menyapa membawa sejumput rindu. Pikiranku Menerawang jauh, menelusuri waktu demi waktu yang telah kujalani. Hidup serasa baru kemarin, tapi ribuan kisah telah terukir di benak. Tersimpan rapi dan takkan terlupa, suka duka, tangis bahagia, bercampur menjadi satu kenangan indah.

Ketika Lamunan membawaku menapaki masa kecil di kampung halaman, sepasang wajah paruh baya tak bisa berpindah, Ayah dan Ibuku memang mengisi sebagian besar memori masa kecilku. Beliau terlalu baik bagi kami anak-anaknya. Meski kami terlahir di keluarga yang tak cukup berada, kami tak pernah merasa kurang dengan Kasih sayang dan perhatian yang di berikan. Bagi mereka masa depan anak adalah segalanya, bukan sekedar kata tapi dibuktikan dengan perjuangan dan pengorbanan. saya sadar ada banyak anak yang tidak seberuntung diriku, sesuatu yang membuatku selalu merasa berdosa jika lupa bersyukur.

Menatap langit di waktu malam adalah kebiasaan Ayah Ibuku. Selepas makan malam ketika kami sedang belajar, mereka berdua memilih menatap langit dari pada menonton TV. Ditemani radio yang melantunkan lagu-lagu keroncong kesenangan Ayah. Entah apa saja yang mereka perbincangkan, tapi yang kutahu pembahasan tentang masa depan anak- anaknya adalah topic yang tak pernah usai.
Jika saya ikut duduk bersamanya, Ayah selalu menceritakan masa kecilnya yang yatim. Sekolah dengan sepasang baju dan kisah- kisah menyedihkan lainnya. Membuatku selalu merasa beruntung dan termotivasi.

Menurut Ayah, sebagai orang Bugis kita harus memegang prinsip “ Mattola Palallo”. Bahwa seorang anak seharusnya lebih sukses dari orang tuanya. Generasi penerus harus lebih baik dari generasi sebelumnya. Dan keberhasilan orang tua adalah ketika mampu mejadikan anaknya sukses melebihi dirinya (mattola palallo). Jika tidak mampu melebihi cukuplah dengan menyamai kesuksesan orang tuanya (mattola pada). Baik dalam tingkat pendidikan dan kelayakan penghidupan.

Saat tam’at SMA dan lulus tes masuk di universitas, Ayah memanggilku duduk menemaninya menatap langit. Saya berpikir tentu Ayah akan berkeluh kesah dengan perjuangannya yang berat memenuhi biaya kuliah bersama 2 orang kakakku yang juga belum selesai waktu itu. Namun ayahku tak menyampaikan itu, (disuatu waktu setelahnya beliau menyampaikan bahwa keikhlasan orang tua dalam membiayai anaknya dalam mengejar cita-cita sangat mempengaruhi kesuksesannya sehingga pantang baginya berkeluh kesah). Saat Itu Ayah Berkata,”Nak, Saya berharap kamu sukses mengejar cita-citamu. Tak usahlah berpikir untuk membalas apa yang kami lakukan untukmu. Bagi kami, Ayah ibumu, hidup seperti ini sudah cukup dan kami mensyukurinya. Saya Cuma meminta kamu membalasnya dengan menjaga nama baik dan tidak mencoreng nama orang tuamu.”. Saya Cuma mengiyakan tanpa berkomentar , kata-kata ini tersimpan rapi di benakku sampai hari ini.

Dua minggu sebelum aku berangkat KKN Ayahku mendadak dipanggil menghadap Allah SWT. Seperti tak memberi kesempatan buatku untuk membalas ketulusannya ataupun sekedar mengecap buah kesuksesan apa yang telah di tanamnya. Langit Dago makin kelam, tak tampak bintang. Gerimis datang bersama air mata yang tak terasa menetes mengenang Ayah (semoga lapang disisi Allah SWT). Teringat Istriku di Makassar yang lagi mengandung anak pertamaku. Tak lama lagi aku akan menjadi seorang Ayah….. Semoga.

"Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang ibu bapakku,dan untuk mengerjakan amal shalih yang Engkau ridhai, sertaberilah kebaikan kepadaku dengan memberi kebaikan kepada anak cucuku.Sungguh aku bertaubat kepada-Mu, dan sungguh aku adalah termasuk golongan orang-orang yang berserah diri."
(QS. Al-Ahqâf. 15).