Wednesday, July 29, 2009

Refleksi kebangkitan (keterpurukan) Bangsa

Oleh : Syahid Arsjad

101 tahun yang lalu, kesadaran akan pentingnya kebangsaan muncul dari tokoh- tokoh terdidik bangsa kita. Mereka dididik oleh Belanda tentu saja bukan untuk memiliki paham kebangsaan seperti itu. Mereka oleh Belanda hanya dipersiapkan sebagai pegawai. Kesadaran tersebut muncul sebagai efek dari intelektualitas yang mereka miliki.. Rasa ingin tahu yang dimiliki seorang terdidik akan terus berkembang sehingga Intelektualitas yang tumbuh secara benar akan membuatnya peka terhadap persoalan yang ada disekelilingnya. Pemiskinan dan penderitaan kaum pribumi pada saat itu adalah sebuah problem yang sangat mengganjal hati kaum terdidik dan mereka secara filosofis mencari akar masalah dan solusinya. Ditemukanlah Ide besar “ kebangsaan” sebagai modal dasar perlawanan terhadap Penjajahan sebagai sebuah jawaban atas kondisi Pemiskinan dan penderitaan masyarakat pribumi saat itu .

Perasaan senasib, perasaan sebagai bangsa yang sederajat dengan bangsa lain, memiliki harga diri, kepercayaan diri akan kemampuan menentukan nasib sendiri untuk keluar dari pemiskinan dan penderitaanu menjadi sebuah kesadaran baru. Semangat ini terus menggelora dan digelorakan oleh para founding father kita sebagai modal besar untuk bangkit melawan penjajah. Bahwa keadilan dan kemakmuran itu harus diperjuangkan, bukan pemberian bangsa lain. Dan kemerdekaan itu adalah “jembatan emas” menuju kemakmuran, karena hanya bangsa yang merdeka yang mampu menentukan sikapnya, langkah-langkahnya untuk menuju keadilan dan kemakmuran. Bukan dengan campur tangan bangsa lain.

Semangat kemandirian, harga diri, kepercayaan diri sebagai bangsa akan kemampuan menentukan nasib sendiri dibuktikan oleh para founding father dengan menolak kemerdekaan sebagai pemberian bangsa lain. Tetapi dengan usaha sendiri memproklamirkan kemerdekaan bangsa ini ditahun 1945. Semangat kemandirian, harga diri dan kepercayaan diri akan kemapuan sebagai bangsa untuk menentukan nasib dan memperjuangkan kemakmurannya juga mengejawantah dalam Konstitusi kita UUD 1945 , pemikiran dan kebijakan Soekarno-Hatta, sebagai presiden dan wakil presiden RI yang pertama. Pemikiran Dan Kebijakan Politik Sukarno yang anti neo-kolonialisme, Pemikiran dan kebijakan ekonomi Muh. Hatta yang menolak kapitalisme, dan mengusung ekonomi kerakyatan dan memproteksi sector-sektor produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak , jelas dilandasi semangat kemandirian, harga diri dan kepercayaan diri sebagai sebuah bangsa yang merdeka dan berdaulat.

Ketika Orde baru berkuasa yang menjadikan ekonomi sebagai panglima, Bangsa kita sepertinya kurang percaya diri akan kemampuannya untuk menentukan nasibnya sendiri. Jargon pembangunan membawa Negara kita dibangun dengan bantuan asing yang berlebihan. Modal yang diberikan oleh bangsa asing tentu saja bukan tanpa motif . Entah disadari atau tidak oleh pengambil kebijakan atau memang karena lunturnya semangat kemandirian sebagai sebuah bangsa sehingga Hutang negara ini terus menumpuk. Negara kita menjadi ketergantungan hutang seperti seorang yang ketagihan nakoba dan tanpa sadar kekayaan alam yang melimpah pun tergadai, Kebijakan Negara dintervensi oleh asing sehingga kita tidak lagi sepenuhnya bebas menentukan nasib kita sebagai sebuah bangsa yang berdaulat.Kemandirian, harga diri dan kepercayaan diri sebagai sebuah bangsa yang diperjuangkan puluhan tahun oleh founding fathers kita terpuruk. Bukankah hal ini sama – saja dengan terjajah?

Hutang luar negeri pun tidak di pergunakan secara bijak, Ekonomi Orde baru dibangun menjadi sebuah menara gading dan Akhirnya tumbang.Tumbangnya orde baru dan lahirnya era reformasi seharusnya menyadarkan bangsa ini akan pentingnya kemandirian, harga diri, dan kepercayaan diri sebagai sebuah bangsa yang berdaulat. Sebuah bangsa yang mampu menentukan nasibnya sendiri. Jika founding fathers kita telah menyerahkan kemerdekaan sebagai pertanda lepasnya intervensi bangsa asing kepada generasi kita. Dan hal tersebut di pahami, diyakini dan diperjuangkan serta dihadirkan sebagai sebuah jembatan emas menuju masyarakat adil dan makmur. mengapa hari ini kita ragu- ragu sebagai bangsa yang bisa menentukan nasib sendiri? Mengapa kita ragu – ragu menolak intervensi asing? Bukankah ini bentuk penghianatan terhadap perjuangan founding fathers kita?

Jatuhnya Orde baru dan keterpurukan bangsa adalah pelajaran sejarah yang sangat berharga bagi bangsa ini. 11 tahun reformasi pun telah berlalu, 11 tahun sudah kita mencoba untuk bangkit kembali sebagai sebuah bangsa yang mandiri, memiliki harga diri, memiliki kepercayaan diri sebagai sebuah bangsa yang berdaulat yang bisa menentukan nasibnya sendiri. Untuk itu kita harus punya keberanian mengatakan tidak pada intervensi asing, mengatakan tidak pada neoliberalisasi yang memiliki agenda terselubung . Atau bangsa ini akan terpuruk selamanya.

No comments: